Bandung – Dilansir pada laman Institusi Teknologi Bandung dan Kementrian Koordinator Bidang Maritim Indonesia bulan Juni 2021 telah terbuka peluang strategi pengembangan maritim nasional dalam bidang sains dan teknologi kelautan. Kerjasama penandatanganan ini dilakukan dalam rangka mencapai kesepakatan pengaturan pelaksanaan untuk mendirikan Pusat Penelitian dan Kerjasama Teknologi Kelautan (PPKT) antara Indonesia melalui Kementrian Koordinator Bidang Maritim Indonesia dengan Republik Korea melalui Ministry of Oceans and Fisheries Korea. Salah satu nota kesepemahaman ini juga melibatkan bentuk kerja sama maritim di tingkat perguruan tinggi antara Institut Teknologi Bandung dan Korea Institute of Ocean Science and Technology (KIOST). Penandatanganan kesepakatan antar kedua institutsi dilakukan pada 19 Agustus 2020 tentang Official Development Assistant (ODA).
Bentuk kerja sama ini membuat ITB menerima manfaat nyata yang banyak dalam membentuk pengembangan sumber daya manusia yang unggul. Manfaat ini berupa pemberian beasiswa untuk melanjutkan Program Magister di ITB pada tahun 2019 berjumlah 13 orang dan pada tahun 2020 berjumlah 20 orang. Selain untuk mahasiswa, beasiswa juga diberikan untuk pengembangan Dosen ITB yaitu dengan memberikan kesempatan melanjutkan studi Program Doktoral ke Korea Selatan pada tahun 2020 berjumlah 2 orang dan tahun 2021 berjumlah 2 orang.
Kerja sama dengan Korea Selatan ini adalah implementasi dari diresmikannya Pusat Penelitian Kerja Sama Teknologi Kelautan (PPKTK) atau Marine Technologi Cooperation Research Center (MTCRC) ITB di Kampus Cirebon, Agustus 2018 lalu. Pusat penelitian tersebut merupakan buah kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan.
Proyek-proyek penelitian bersama yang akan dilakukan oleh PPKTK termasuk, namun tidak terbatas pada bidang-bidang sebagai berikut: Oseanografi umum dan operasional; Ilmu dan Teknologi Kelautan; Perubahan Iklim dan Lingkungan Laut, termasuk Ekosistem; Manajemen Pesisir yang terintegrasi dan Hukum Kelautan; Energi Laut (termasuk energi pasang surut, gelombang, dan arus); Sumber Daya Mineral Kelautan; Perairan Tawar; Bencana Pesisir dan Kelautan; dan area lain yang dapat putuskan bersama secara tertulis.
Dalam hal pengembangan fasilitas dan operasional MTCRC di Cirebon, ITB menerima hibah berupa pengadaan Kapal Survei ARA untuk kegiatan penelitian dan eksplorasi kelautan yang dilengkapi dengan alat survei Multibeam Echosounder, Single Beam Echosounder, Conductivity Temperature Depth, Grab Sampler, Tide Gauge, dan Drone. MTCRC juga turut serta terlibat dalam mendukung program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) di Bali. Kapal Survei ARA yang dilengkapai peralatan pendeteksi bawah laut serta tenaga ahli pengoperasiannya, juga turut serta dalam upaya pencarian pesawat SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
“Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan melalui Kerja Sama Bilateral Republik Indonesia-Republik Korea perlu terus ditingkatkan dan dipromosikan lagi jangkauan maupun manfaatnya, mengingat Indonesia merupakan negara bahari dengan wilayah lautan yang lebih luas dibanding daratan. Laut sebagai warisan masa depan bangsa memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan nasional dan harus dikelola secara berkelanjutan,” ujar Prof. I Gede Wenten.
Acara Korea-Indonesia Ocean ODA Research Equipment Handover Ceremony diselenggarakan secara hybrid di dua tempat, di Bandung dan Korea Selatan. Acara tersebut berisi sambutan dari perwakilan Indonesia (ITB, Provinsi Jabar, Duta Besar LBBP Republik Indonesia untuk Republik Korea, Kemenko Kemaritiman dan Investasi) dan perwakilan Korea (Perwakilan KIOST, perwakilan MTCRC, Dubes Republik Korea untuk Republik Indonesia) dan Perwakilan Kementerian Keluatan dan Perikanan Korea).
Adanya kerja sama ini membuka peluang bagi Indonesia untuk bisa terus berperan besar dalam proses pengembangan sains dan teknologi kelautan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran masa depan bangsa Indonesia.
Referensi: